Selasa, 1 April 2008 | 00:57 WIB

KUDUS, KOMPAS – Kementerian Negara Riset dan Teknologi secara tidak langsung mulai ”menggiring” para guru beserta murid tingkat SD, SMP, hingga SMA di Kabupaten Kudus, Pati, dan Jepara, Jawa Tengah, untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN. Hal itu ditandai dengan pembagian secara gratis buku suplemen setebal 25 halaman yang berjudul PLTN Manfaat dan Potensi Bahayanya.

Khusus di Jepara, Sabtu dan Minggu (30/3), Kementerian Ristek bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jepara menggelar Sarasehan Pengenalan PLTN.

Menurut guru Matematika SMP Keluarga Kudus, Basuki Sugita, buku yang diterima melalui Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Kudus dari sisi penampilan cukup bagus. Namun, isinya tidak lengkap. Lebih mengedepankan ”cerita sukses” pembangunan PLTN.

Padahal, menurut dia, jika mau lengkap dan imbang dalam penyampaian informasi, ada banyak cerita dan bukti tentang berbagai bentuk bencana yang terjadi akibat beroperasinya PLTN, contohnya kasus Chernobyl.

Selain itu, menurut dia, tidak dijelaskan secara mendalam tentang sumber energi alternatif di luar PLTN yang bisa dimanfaatkan dan potensinya ada di Indonesia, misalnya energi surya dan angin, sehingga guru dan murid memperoleh gambaran lengkap. ”Tidak melulu menjelaskan soal PLTN,” ujar Basuki.

Hal itu tercermin dalam kata pengantar buku suplemen oleh Deputi Menteri Negara Ristek Bidang Dinamika Masyarakat Carunia Mulya Firdausy, yang mengatakan, ”Buku suplemen PLTN merupakan upaya awal untuk memberikan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.”

Wawasan ilmu pengetahuan, khususnya yang menyangkut PLTN, menurut dia, antara lain bisa diperoleh dari buku mungil bertajuk Rencana Pembangunan PLTN Sebuah Perbincangan yang diterbitkan tahun 1995, serta Anotasi Bibliografi Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia yang dicetak Gajah Mada University Press 1993.

Carunia Mulya Firdausy pada Sarasehan Pengenalan PLTN menjelaskan, pembangunan PLTN di Indonesia tidak bisa ditunda lagi karena persediaan energi fosil semakin menipis. Ia mengakui, sumber energi di Indonesia memang cukup banyak, tetapi dari hasil penelitian, hanya energi nuklir dan bayu yang tergolong paling bersih dan ramah lingkungan. (SUP)