Wanita dan Anak-anak Jadi Objek Sosialisasi PLTN
http://www.suarapembaruan.com

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek), dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bekerja sama dengan lembaga Jepang, ANEDSC-JETRO, akan mensosialisasikan soal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kepada masyarakat sekitar mengenai pentingnya energi nuklir untuk pembangunan di Indonesia. Mereka juga akan mensosialisasikan melalui wanita dan anak sekolah

Dalam Workshop Improvement of Nuclear Communication Strategy, di Jakarta, belum lama ini, Asisten Deputi Urusan Etika dan Harmonisasi Iptek Kementerian Ristek, Sri Setiawati, mengungkapkan, sosialisasi melalui kaum hawa dan anak sekolah merupakan salah satu strategi yang tepat untuk memperkenalkan keuntungan dari pembangunan PLTN.

“Kaum wanita merupakan pusat informasi di rumah, dan dapat menjadi motivator untuk mengkomunikasikan informasi secara informal. Ini merupakan cara yang baik untuk mensosialisasikan pengenalan nuklir di sekitarnya,” tutur Setiawati.

Ia mengatakan, Kementerian Ristek memulai sosialisasi pada tahun ini dengan segmentasi terhadap anak sekolah, perempuan, dan pesantren-pesantren. Sejauh ini telah dilakukan pelatihan terhadap guru-guru sekolah, membuat buku untuk modul pembelajaran, serta melakukan berbagai seminar untuk memperkenalkan nuklir dan radiasi kepada masyarakat.

“Kalau mau dilihat dari sisi radiasi yang ditimbulkan, harus diketahui bahwa banyak aspek dalam kehidupan manusia juga menimbulkan radiasi, tidak hanya dari nuklir,” ucapnya. Sedangkan pembangunan PLTN tetap direncanakan berlokasi di Muria, Jepara, Jawa Tengah.

Presiden Woman In Nuclear (WIN) Global-Japan, Junko Ogawa, mengemukakan, sosialisasi terhadap wanita di Jepang merupakan salah satu langkah yang baik, mengingat Jepang merupakan satu-satunya negara yang pernah merasakan dampak buruk dari energi nuklir, yaitu pada saat bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.

“Akibat dari peristiwa itu, masyarakat berusaha keras mempelajari nuklir, terutama kegunaannya untuk perdamaian. Sosialisasi radiasi dan nuklir dilakukan terhadap para ibu rumah tangga dengan diskusi dalam kelompok kecil agar informasi dapat diterima dengan lebih jelas. Suara para wanita di Jepang banyak mempengaruhi pembangunan PLTN di sana,” katanya.

Peneliti dari delegasi Japan Internasional External Trade Organization (JETRO), Mukaiyama Takehiko menhatakan, pemberitaan mengenai akibat nuklir terlalu dibesar-besarkan ketimbang kegunaannya. Dia membandingkan jumlah orang yang meninggal akibat kecelakaan nuklir dan kecelakaan penambangan batu bara.

Kecelakaan nuklir terbesar di Chernobyl, Ukraina, misalnya, memakan korban 60 orang, sedangkan kecelakaan tambang batu bara di Tiongkok setiap tahun memakan korban hingga 6.000 orang.

Sementara itu, Deputi bidang Teknologi dan Energi Nuklir Batan, Adi Wardoyo, mengatakan, energi nuklir tidak hanya digunakan untuk pembangkit listrik. Sampai saat ini banyak keuntungan yang didapatkan dari penggunaan energi nuklir, misalnya di bidang pertanian, kedokteran, dan industri.

Batan, katanya, terus mempersiapkan pedoman teknis pembangunan PLTN Muria, meskipun keputusan pemerintah mengenai pembangunannya belum dilaksanakan.

Batan juga mempersiapkan pedoman mengenai pengoperasian PLTN, terutama untuk proteksi radiasi dan keselamatan nuklir, serta bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Jepang.

Jepang, katanya, merupakan salah satu negara yang terus mengembangkan teknologi nuklir. Di Jepang sendiri sudah ada 55 PLTN, dan 30 persen energi listrik Jepang dihasilkan dari tenaga nuklir.

Hanya Pemborosan

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Chalid Muhammad menegaskan, sosialisasi tersebut hanya pemborosan. Dia menyarankan, pemerintah menghentikan pemborosan uang negara karena masyarakat sudah bersikap menolak pembangunan PLTN di Jepara.

“Sebaiknya pemerintah merancang exit strategy untuk keluar dari masalah pembangunan PLTN ini. Berapa pun biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan dan sosialisasinya, tidak akan mampu menghilangkan risiko kecelakaan nuklir yang menimpa masyarakat sekitar,” ujarnya.

Berkaitan dengan kemungkinan kerja sama antara Batan dan pihak Jepang dalam pembangunan PLTN tersebut, Chalid mengungkapkan, belum lama ini bencana gempa bumi di Jepang juga sempat menimbulkan kecelakaan pada PLTN. Menurutnya, kecelakaan radiasi nuklir tidak dapat dihindari dan sangat berbahaya bagi masyarakat. [CAT/S-26]